Bertumbuh Dalam Keterbatasan

Ada seorang tuna wicara, tuna netra, tuna daksa dan ada pula yang masih dalam kondisi fisik normal. Apakah sebagian besar dari mereka penyandang disabilitas? Tentu bukan. Mereka hanyalah sekumpulan siswa kelas XI dari SMAK Seminari Garum, Blitar, Jawa Timur yang sedang mengikuti Kampung Syukur hari kedua di area kemah Griya Samadhi Vinsensius, Prigen, Jawa Timur.

Total keseluruhan ada 34 siswa yang terlibat dalam pembinaan yang berlangsung pada 7-9 Februari 2020. Tujuan pada sesi ini sederhana. Mereka diminta untuk memaknai kondisi mereka yang serba terbatas. Tak hanya itu, dalam keterbatasan yang dimiliki, peserta juga dituntut untuk mengoptimalkan kelebihan yang masih mampu untuk dioptimalkan demi tujuan bersama.

Mereka yang kehilangan kedua tanganya. Nyatanya masih mampu untuk menggunakan anggota tubuh lain untuk berkontribusi pada kehidupan sekitarnya. Indera penglihatan yang masih normal dapat Ia gunakan untuk melihat kondisi jalan. Pundaknya masih kuat untuk menopang kedua tangan kawannya. Mulutnya pun tetap bisa bersuara untuk menunjukkan arah sehingga ia dan temannya dapat melangkahkan kaki bersama-sama menuju tempat yang ditentukan.

Jadi, keterbatasan pada diri bukanlah penghalang untuk membuat kita menjadi sosok yang memiliki daya ubah bagi sesama.

Tinggalkan Balasan